Hasilnya batas – batas negara yang tidak logis secara kultural tetapi sangat rapi di atas peta garis-garis batas lurus ini menciptakan berbagai masalah yang bertahan hingga sekarang kenapa bisa terjadi jawabannya adalah karena satu etnis bisa terbagi kedalam beberapa negara atau sebaliknya satu negara bisa dihuni oleh puluhan kelompok etnis yang tidak pernah memiliki sejarah hidup bersama dalam satu sistem politik sebagai contoh suku Somali tersebar di Somalia Ethiopia, Kenya dan Djibouti suku Hausa terdapat di Nigeria dan negara Niger suku Tutsi dan Hutu yang perpecahannya berujung pada tragedi genosida Rwanda tahun 1994.
Masalah – masalah politik, perang saudara dan instabilitas yang sering muncul di Afrika modern tidak bisa dipisahkan dari sejarah pembagian wilayah ini garis lurus yang tampak sederhana itu ternyata menyimpan kerumitan yang luar biasa setelah kemerdekaan negara – negara Afrika di pertengahan abad ke-20 banyak pemimpin memilih untuk tidak mengubah batas negara warisan kolonial dengan alasan agar tidak memperparah konflik yang sudah ada.
Organisasi persatuan Afrika yang kini menjadi UNI Afrika bahkan menetapkan prinsip untuk menghormati batas – batas yang ada demi stabilitas regional namun beberapa upaya telah dilakukan seperti pemisahan Eritrea dan Ethiopia pada tahun 1993 atau kemerdekaan Sudan Selatan pada tahun 2011 tetapi proses semacam ini tidak mudah dan sering disertai kekerasan serta ketidakpastian politik.
Jadi, mengapa banyak negara Afrika memiliki batas garis lurus jawabannya adalah karena sejarah kolonialisme dan kesepakatan politik antar kekuatan Eropa yang tidak peduli terhadap realitas sosial dan budaya Afrika garis – garis itu adalah warisan masa lalu yang hingga kini masih membentuk kehidupan jutaan orang memahami sejarah ini penting bukan hanya sebagai pelajaran masa lalu tetapi juga sebagai refleksi akan pentingnya keadilan kedaulatan dan rasa hormat terhadap keberagaman.