Hampir setiap rumah memiliki perahu motor pribadi kendaraan ini jugalah yang digunakan warga untuk memancing ikan atau Lobster di laut dulunya Pulau ini hanya merupakan gundukan pasir putih sebelum diisi oleh orang-orang suku Bajo Mereka kemudian membangun rumah-rumah dengan menggunakan tumpukan Karang Laut Mati sebagai pondasi uniknya rumah yang berdiri di desa ini tidak menggunakan batu atau tanah sebagai dasar pondasinya melainkan menggunakan terumbu karang yang sudah mati sebagai dasar rumah.
Warga juga tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli tanah Sebab mereka mengeruk tanahnya sendiri Kini rumah-rumah di sini terlihat semakin modern dan tidak jauh berbeda dengan Kampung lainnya di Indonesia rumah mereka terbuat dari papan dan atap-atap menggunakan seng ataupun genteng yang kokoh suasana di tengah-tengah desa ini pun tak jauh berbeda dari kampung pada umumnya kita bisa menemukan beberapa toko di padatnya pemukiman hewan-hewan ternak.
Seperti ayam dan kambing pun juga terlihat berlalu-lalang di sekitaran pemukiman warga Hukum Adat perkawinan masyarakat Bungin juga menjadi satu alasan Pulau Bungin menjadi semakin padat karena dalam hukum adat diatur pasangan muda-mudi yang akan menikah wajib membangun lokasi sendiri untuk mendirikan rumah yang akan ditinggali untuk membuat rumah.
Pasangan tersebut harus mengumpulkan batu karang yang akan ditumpuk pada sisiar pulau yang telah ditentukan ukuranokasi bis mencapai 6 12 Ang itu baru boleh menikah dan mendirikan rumah Karena itulah luas Pulau Bungin terus bertambah dari tahun ke tahun foreign.